Diberdayakan oleh Blogger.

Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Masihkah Realistis?

Jakarta - PSSI mengusung harapan tinggi saat mengajukan diri sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2022. Tapi jika prestasi sepakbola nasional saja masih sangat buruk, masihkah keinginan tersebut realistis?

Menjadi tuan rumah Piala Dunia jelas jadi kebangaan besar buat semua negara di dunia, termasuk di dalamnya Indonesia. Jadi sesungguhnya tak ada yang salah saat PSSI tahun lalu ikut mendaftarkan diri ke FIFA untuk bisa dimasukkan sebagai salah satu kandidat tuan rumah Piala Dunia 2022.

Tapi kalau ada beberapa pihak yang kemudian mempertanyakan keinginan, yang kemudian dianggap sangat sambisius tersebut, itu karena memang ada sebab yang mendasari. Masalah infrastruktur misalnya. Kita tahu hanya ada beberapa gelintir stadion bertaraf internasional di Indonesia.

Perkara lain yang dianggap cukup menentukan layak atau tidaknya kita menggelar Piala Dunia adalah soal prestasi. Memang tak ada aturan FIFA yang menyebut tuan rumah Piala Dunia harus berada dalam ranking tertentu. Tapi kalau di level Asia Tenggara saja kita tidak bisa apa-apa, entah apa nantinya pandangan dunia - dan negara tetangga kita.

Begitulah faktanya, jangankan berprestasi di tingkat dunia atau Asia. Di Asia Tenggara saja kita seperti tak dipandang lagi. SEA Games 2009 lalu jadi acuan nyata soal daya saing kita di antara negara-negara tetangga serumpun.

Timnas U-23 yang dipercaya terjun di tak bisa berbuat apa-apa dan cuma bisa jadi penghuni juru kunci babak fase grup dengan satu poin. Pasukan 'Merah Putih' pulang dengan wajah tercoreng setelah cuma bermain imbang dengan Singapura dan kalah atas Myanmar dan Laos, dua negara yang sebelumnya selalu berada di bawah Indonesia.

Peristiwa pahit di penghujung 2009 itu sayangnya berlanjut di awal 2010. Trandisi lolos ke putaran final Piala Asia yang sudah dibentuk sejak 1996 hilang. Kalah 1-2 atas Oman di kandang sendiri, skuad besutan Benny Dollo dipastikan jadi juru kunci klasemen Grup B kualifikasi Piala Asia 2011.

Jika sudah seperti ini, pertanyaan akan keseriusan menjadi tuan rumah Piala Dunia rasanya tak salah jika kembali mengemuka.

"Saat pertama mencanangkan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia 2022, kita waktu itu berharap itu bisa menjadi motivator untuk meningkatkan prestasi sepakbola dalam negeri. Tapi sepakbola Indonesia di awal tahun ini justru tak menunjukkan tanda ke arah situ," sahut mantan menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, saat dihubungi detiksport, Jumat (8/1/2009) siang WIB.

Adhyaksa juga mengingatkan PSSI kalau prestasi sepakbola nasional adalah faktor penting untuk bisa mewujudkan keinginan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Bukan hanya perkara menyelamatkan wajah Indonesia di kancah internasional, tapi terkait dukungan yang mungkin datang dari publik dalam negeri.

"Keinginan menjadi tuan rumah Piala Dunia harus juga diimbangi dengan prestasi. Kalau tidak maka tidak akan dapat dukungan dari masyarakat," pungkas Adhyaksa.

Dihitung dari sekarang, Piala Dunia 2022 masih 12 tahun di depan. Masih banyak waktu buat PSSI melakukan perbaikan demi meningkatkan prestasi. Untuk bisa mewujudkan itu semua, otoritas sepakbola Indonesia itu jelas harus mulai melakukan banyak perubahan. Dimulai sekarang juga!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

susah jib kalo pemainnya aja ga pada bener,,,... bukannya ngerendahin. tapi lapangannya aja pada jelek. masa jadi tuan rumah... lagian juga keamanannya belum menjamin....

Posting Komentar